Bisnis Software makin Cerah ?

Pasar sofware di Indonesia dapat diperkirakan akan semakin cerah. Para pemakai mulai sadar untuk menggunakan software orisinil. Tenaga profesional kitan pun telah terlatih. Pengalaman gagal dalam mengembangkan software selama ini adalah guru yang baik. Demikian pula peranan pemerintah denagn UUHC-nya memberikan iklim segar dalam bisnis ini. Bukankah ini adalah peluang bagi Indonesia untuk berkiprah di dunia Teknologi Informasi ?

images

Orientasi pemakai sekarang sudah mulai beralih ke sotfware, artinya dalam melakukan komputerisasi mereka lebih dulu menentukan software, baru kemudian hardware. Sebelumnya terbalik, cari dulu hardwarenya dan software yang menyesuaikan.

Tentunya hal itu juga terjadi di Indonesia. Disadari bahwa software adalah inti dari perkembangan komputerisasi. Keberhasilan dalam pengoperasian komputer sangat ditentukan oleh software yang digunakan. Tetapi keduanya memang perlu, untuk menjalankan software perlu hardware.

Selama ini, perkembangan software tertinggal dari hardware. Namun perkembangan belakangan ini, menunjukan bahwa suatu saat software menjadi platform (lebih banyak berperan) dalam suatu komputerisasi. Misalnya, dengan UNIX perkembangan softwarenya bisa dipacu

Memang dengan melihat gejala yang ada saat ini di pasar software bakalan ramai. Khususnya di Indonesia potensi untuk terjun di bidang ini cukup besar. Faktor pendukungnya seperti tenaga kerja yang murah, UUHC, dan kemampuan tenaga profesionalnya, dan peran pemerintah mulai siap. Software House dalam negri kalah dalam pengalaman. Padahal bisnis adalah bisnis manusia plus pengalaman. Karena miskin pengalaman kita sering membuat kesalahan. Disini kita harus menaggung kerugian baik dari jam kerja programmer maupun biaya mengkompile yang menggunakan mesin dari luar.

Agar dapat dapat merebut pasa dalam negri, kita harus banyak melihat kebutuhan pemakai, perilaku pemakai software di sini umumnya selalu membandingkan dengan yang dipakai orang kain, dan selalu ingin eksklusif tetapi pertama kali mereka cenderung ke software paket karena di Indonesia belum ada sistem yang baku.

Software House di Indonesia mestinya sudah mampu membuat paket-paket tanpa menunggu dari luar negri. Dari penglamannya software pesanan (tailor made) dinilai terlalu mahal, karena memakan waktu lama. Sekarang dilakukan denagn cara membuat prototype. Software dibuat dalam bentuk modul-modul dan sub-modul yang standar, tetapi rutin-rutinnya bisa bisa diubah setelah dikoreksi oleh user. Denagn cara ini ternyata dapat menghemat waktu, dan maintenance-nya lebih mudah.

Ngomong-ngomong masalah bisnis software, sebenarnya seberapa besar bisnis ini di Indonesia ? Sulit untuk memberi angka past, bahkan perkiraanpun sulit. Kalau kita dekatidari pasar hardware yang diperkirakan US$ 475 juta (2007) juada tidak mudah sebab kita harus tahu dulu perbandingan pembelian hardware dengan software. Di negara maju seperti USA, dimana UUHC-nya sudah berlaku efektif perbandingan itu bisa mencapai 20% : 80% (hardware 20% : 80% software). Perbandingan seperti itu belum nampak di Indonesia, mungkin ada perusahaan-perusahaan besar saja. Yang lainnya masih banyak memakai software bajakan , sehingga biaya komputerisasi bisa 100% untuk hardware.

0 Response to "Bisnis Software makin Cerah ?"

Posting Komentar